MENCATAT KEHIDUPAN SEBATANG UBI KAYU DALAM KARYA SENI LUKIS
DOI:
https://doi.org/10.51804/ijsd.v1i1.422Keywords:
Batang Ubi, Filosofi Minang, Ubi KayuAbstract
Penciptaan ini bertujuan sebagai tempat untuk menjelaskan makna yang tersimpan dari filosofi Minangkabau “Hiduik bak cando batang ubi”, dimana didalam proses berkarya terdapat 5 cerita mengenai pertumbuhan ubi kayu dengan cara dan bentuk yang bermacam-macam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang berbasis Konteks, dimana kejadian itu bermula dari nasehat orang tua dan akhirnya dirasakan pada saat diperantauan, dengan mengutamakan nilai persoalan sejauh mana karya seni mencerminkan dunia nyata atau kenyataan sosial-ekonimi-politik. Temuan menarik dari penciptaan ini diperoleh dari diskusi bersama tokoh seniman yang sangat paham dengan nilai dari filosofi Minang ini di Yogyakarta dan pengeksplorasian media untuk melukis. Artinya penerapan dalam karya ada dua hal yang didapatkan, pertama ilmu yang sangat dasar dari para tokoh seniman Minang di Yogyakarta ini, dan kedua rasa kepuasan mendalam sebab rasa penasaran yang selama ini ingin dirasakan ketika menjadi objek utama dalam karya sudah terjawab, meskipun rasa itu tidak bisa dituliskan secara jelas melalui kata-kata, namun pada dasarnya rasa itu adalah rasa senang. Walaupun rasa senang yang dituliskan masih belum mewakili dari rasa yang saya rasakan.
This creation aims to describe the stored meaning of the Minangkabau philosophy of "Hiduik bak cando batang ubi", which in the process of creating 5 stories about the growth of cassava in various ways and shapes. The approach used is a Context-Based Approach, where the event begins with parental advice and is finally felt at the time of monitoring, prioritizing the value of the issue to what extent the work of art reflects the real world or social-economic-political reality. The fascinating findings of this creation are derived from discussions with artists who are very familiar with the value of this Minang philosophy in Yogyakarta and the exploration of the media for painting. This means that the application in the work there are two things obtained, the first very basic knowledge of the Minang artist in Yogyakarta, and the two deep sense of satisfaction because the curiosity that had been felt to be felt when the main object in the work has been answered, even though the taste is not can be written clearly through words, but basically it is a sense of pleasure. Although the pleasure written is still not representative of the feeling that I feel
Downloads
References
Budiman, K. (2011). Semiotika Visual. Yogyakarta: Jalasutra.
Cutrona, C. E., Cole, V., Colangelo, N., Assouline, S. G., & Russell, D. W. (1994). Perceived Parental Social Support and Academic Achievement: An Attachment Theory Perspective. Journal of Personality and Social Psychology, 66(2), 369–378.
Febryanto, D. J. (2015). Self Portrait dalam Penciptaan Seni Lukis. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Gottlieb, B. H. (1983). Social Support Strategie: Guideliness for Mental Helth Practice. London: Sage Publication.
Marianto, M. D. (2017). Art & Life Force in a Quantum Perspective. Yogyakarta: Srisasanti Syndicate.
Sarafino, E. . (1997). Health psychology: Biopsychological Interactions (4th ed.). New York: John Wiley & Sons, Inc.
Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia.