TUBUH PEREMPUAN DALAM SENI PERTUNJUKAN STUDY KASUS TARI ANGGUK PUTRI SRIPANGLARAS

Authors

  • Risah Mursih Fakultas Seni Pertunjukkan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta

DOI:

https://doi.org/10.51804/deskovi.v1i1.278

Keywords:

angguk, gender, tubuh perempuan

Abstract

Tari Angguk Sripanglaras dari Kabupaten Kulonprogo merupakan transformasi Angguk putra yang awalnya berfungsi sebagai bagian dari ritual agama, kini berfungsi menjadi hiburan. Perubahan fungsi Angguk sebagai hiburan ditandai dengan perubahan pada pelaku pertunjukan dan bentuk pertunjukan. Dengan ditarikan oleh penari perempuan, Angguk Putri Sripanglaras menjadi sebuah pertunjukan yang populer dan diminati oleh penonton yang didominasi oleh kaum laki-laki. Pendekatan penelitian yang dipilih adalah pendekatan gender. Dari perubahan bentuk pertunjukan, daya tarik Angguk Sripanglaras sangat kuat pada tubuh penari, yaitu tubuh perempuan. Pencitraan secara kultural ditunjukkan melalui tubuh perempuan. Dari pendekatan di atas diperoleh kesimpulan bahwa Angguk berfokus pada tubuh perempuan yang berkaitan langsung dengan inderawi. Penampilan utuh hasil paduan wajah cantik dengan ekspresi penuh senyum, lirikan mata, dengan balutan busana celana pendek ketat (hot-pants) ditambah gerak-gerak kekirig, goyang ngebor, megol, maka lengkaplah sudah bahwa perempuanlah yang membuat ketertarikan para penonton dalam sajian Angguk putri Sripanglaras.

Angguk Sripanglaras dance from Kulonprogo is an angguk putra transformation which initially functions as part of religious rituals, now serves as entertainment. Angguk function is changed as entertainment are marked by changes in the performer and the form of the show. By being danced by female dancers, Angguk Putri Sripanglaras became a popular and dominated by male audience. The research approach chosen was a gender approach. From changes in the form of performances, the attraction of Angguk Sripanglaras is very strong on the dancer's body, namely the female body. Cultural imaging is shown through the female body. From the above approach, it can be concluded that Angguk focuses on the female body which is directly related to the senses. The full appearance of the combination of a beautiful face with an expression full of smiles, eye glances, wrapped in tight shorts (hot-pants) plus kekirig movements, ngebor dance, megol, then it's complete that women are the ones who attract the audience in Angguk Putri Sripanglaras.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Abdullah, I. (2007). Konstruksi dan reproduksi kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arvend, M. (2014). Sensualitas Wanita Penjaja Seks Dalam Metafora. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

D. Linchtenberg, J. (2008). Sensuality and Sexsuality Across The Divide Of Shame. New York: The Andytic Press Taylor& Francis Group.

Fakih, M. (1996). Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakih, M. (2006). Analisis gender & transformasi sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hadi, Y. S. (2000). Peran Wanita Pedesaan Dalam Pelestarian Seni Pertunjukan Rakyat. Ekpresi, 1(1).

Hadi, Y. S. (2003). Aspek-Aspek Dasar Koreografi Kelompok. Yogyakarta: Elkaphi.

Hadi, Y. S. (2005). Sosiologi tari: sebuah pengenalan awal. Yogyakarta: Pustaka.

Hadi, Y. S. (2011). Koreografi: bentuk, teknik, isi. Yogyakarta: Cipta Media.

Hadi, Y. S. (2012). Seni pertunjukan dan masyarakat penonton. Yogyakarta: BP ISI Yogyakarta.

Herdiana, E. (2009). Peran Dan Citra Perempuan Dalam Tari Sunda, editor. Endang Catur Wati, Pesona Perempuan Dalam Sastra Dan Seni Pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Irianto, A. M. (2005). Tayub, antara ritualitas dan sensualitas: erotika petani Jawa memuja dewi. Semarang: Laboratorium Seni dan Kebudayaan Lengkongcilik Universitas Diponegoro.

Islam, B. P. (2014). Erotisme Dalam Fotografi, Studi Kasus Foto Pentas Biduanita Dangdut Dalam Akun Facebook. Institut Seni Indonesia Yogyakarta.

Koentjaraningrat. (1984). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta Pusat: Djambatan.

La Meri. (1986). Elemen-Elemen Dasar Komposisi Tari. Yogyakarta: Lagaligo.

Mardalis. (2004). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bumi Angkasa.

Martono, H. (2008). Sekelumit Ruang Pentas: Modern dan Tradisi. Yogyakarta: Cipta Media.

Maryaeni. (2005). Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: PT Bumi Putra.

Padila, A. (2013). Representasi Sensualitas Perempuan Dalam Iklan. Universitas Islam Sunan Kalijaga Yogyakarta.

R. M. Soedarsono. (n.d.). Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Yogyakarta: Arti Line.

Rader, M. (1990). A Modern Book Of Esthetics An Antology. Edition University Of Washington, Terjemahan Abdul Khadir. Yogyakarta: Institute Seni Indonesia Yogyakarta.

Sanden Bantul. (2014). Tari Angguk Sripanglaras.

Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada. (2014). TARI ANGGUK SRIPANGLARAS ACARA PUNCAK EVOFEST (ENGLISH VOCATIONAL FESTIVAL).

Smith, J. (1975). Komposisi Tari: Sebuah Petunjuk Praktis Bagi Guru, terjemahan Ben Suharto. Yogyakarta: Ikalasti Yogyakarta.

Sri, N. (2009). Ekspresi Perempuan Dalam Seni Pertunjukan, editor. Endang Caturwati, Pesona Perempuan Dalam Sastra Dan Seni Pertunjukan. Bandung: Sunan Ambu STSI Press.

Sudarsono. (1989). Seni pertunjukan Jawa tradisional dan pariwisata di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Jawa.

Sudarsono. (2002). Seni pertunjukan Indonesia di era globalisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sumaryono. (2011). Antropologi Tari. Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta.

Sumaryono. (2012). Ragam seni pertunjukan tradisional di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: UPTD Taman Budaya, Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Downloads

Published

2018-12-01

How to Cite

Mursih, R. (2018). TUBUH PEREMPUAN DALAM SENI PERTUNJUKAN STUDY KASUS TARI ANGGUK PUTRI SRIPANGLARAS. DESKOVI : Art and Design Journal, 1(1), 17–22. https://doi.org/10.51804/deskovi.v1i1.278