LINGKARAN SEBAGAI FRAME DIMENSION FILM "I AM NOT MADAME BOVARY (2016)" KARYA FENG XIAOGANG

Driepuza Ryan Fortunanda

Abstract

Frame dimension dalam sebuah karya seni dua dimensi adalah bidang pembatas karya seni itu sendiri dengan dunia luar atau galeri seni. Frame dimension menjadi sebuah ruang pembatas seniman untuk membingkai apapun yang diinginkan. Berbeda dengan karya seni dua dimensi lain, film dari dahulu selalu berbentuk kotak. Film I Am Not Madame Bovary (2016) dihadirkan dengan frame dimension yang berbeda dari film lainnya, yaitu menggunakan lingkaran secara dominan. Tidak hanya sebagai eksplorasi bentuk, pemilihan frame dimension lingkaran tentu mempunyai gagasan. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang gagasan dari pemilihan frame dimension lingkaran pada film tersebut. Metode kualitatif digunakan untuk melakukan penelitian ini. Melalui metode ini data akan dianalisis lalu dijabarkan. Data diperoleh dari dua aspek film, yaitu sinematik dan naratif. Sinematik dilihat dari segi mise-en-scene dan aspek naratif diketahui dari cerita film. Pada awal film menunjukan sebuah fragmen dari sebuah cerita digambarkan dengan lukisan Cina lama. Analisis berdasarkan awal film menunjukan petunjuk dari gagasan pemilihan frame dimension lingkaran, yaitu mengenai zaman Dinasti Song. Pengetahuan mengenai sejarah Dinasti Song khususnya lukisan-lukisannya sangat diperlukan pada penelitian ini. Bagaimana keterkaitan antara dua hal tersebut, yaitu film I Am Not Madame Bovary (2016) dan zaman Dinasti Song. sehingga mempengaruhi gagasan dari pemilihan frame dimension lingkaran.

Keywords

film I Am Not Madame Bovary (2016); frame dimension; lingkaran; lukisan; Dinasti Song

Full Text:

PDF

References

Katz, S. D., (1991). Film Directing Shot by Shot: Visualizing from Concept to Screen. Michigan, USA: Michael Wiese Productions.

Peransi, D. A., (2005). Film/Media/Seni. Jakarta: FFTV-IKJ Press.

Prakosa, G., (2008). FILM PINGGIRAN : Antologi Film Pendek, Film Eksperimental & Film Dokumenter. Jakarta: Yayasan Seni Visual Indonesia.

Pratista, H., (2008). Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka.

Bazin, A., (1996). Sinema, Apakah Itu? (Hidayat, Rahayu S.). Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (Original Work published 1967)

Boggs, J. M., (1992). Cara Menilai Sebuah Film (Sani, Asrul). Jakarta: Yayasan Citra. (Original Work published 1978)

Mascelli, V. Joseph. (2010). The Five Cs of Cinematography. (Biran, H. M. Yusa). Jakarta: FFTV-IKJ Press. (Original Work published 1998)

Bordwell, David & Thompson, K. (2013). Film Art: An Introduction (10th ed.). New York: McGraw-Hill.

Adorno, T. W., & Levin, T. Y. (1981). Transparencies on Film. New German Critique, 24/25, 199–205. https://doi.org/10.2307/488050

Department of Asian Art. “Northern Song Dynasty (960–1127).” In Heilbrunn Timeline of Art History. New York: The Metropolitan Museum of Art, 2000–. http://www.metmuseum.org/toah/hd/nsong/hd_nsong.htm (October 2001)

Department of Asian Art. “Southern Song Dynasty (1127–1279).” In Heilbrunn Timeline of Art History. New York: The Metropolitan Museum of Art, 2000–.

http://www.metmuseum.org/toah/hd/ssong/hd_ssong.htm (October 2001)

Jin, H. (n.d.). Chinese Cinemas in Translation and Dissemination. Available from https://www.routledge.com/Chinese-Cinemas-in-Translation-and-Dissemination/Jin/p/book/9781032145518.

Refbacks

  • There are currently no refbacks.